LAILATUR QADAR.


Oleh: abahjogas@gmail.com
Allah berfirman dalam Al–Qur’an surat al-Qadr(S.97)ayat 1-5 yang artinya :
”Sesungguhnya Aku (Allah) turunkan al-Qur’an di malam ”Lailatul Qadr”. Tahukah engkau apakah sebenarnya Lailatul Qadr itu. Lailatur Qadr adalh lebih baik dari pada 1.000 (seribu) bulan. Di malam itulah turun para malaikat dan Malaikat Jibril dengan seizin Tuhan mereka untuk segala urusan sejahtera pada malam itu hingga fajar menyingsing.”

1.Hubungan SQ.97:3 dengan kecepatan cahaya.
Dalam ayat SQ.97 ayat 3 diatas disebutkan bahwa Malam Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Sekarang kita kaitkan ayat diatas dengan kecepatan cahaya/sinar biasa dan sinar ruhani. Manusia memang merupakan hasil ciptaan Tuhan yang luar biasa. Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa kecepatan sinar biasa dalam ilmu fisika adalah sebesar 300.000 km per detik. Sedang sinar ruhani (meta energi) menurut ilmu metafisika adalah 30.000.000.000.000.000 km per detik (tiga puluh quadrillion km perdetik/ 3 dengan enambelas angka nol dibelakangnya.) pendapat dari J. Gbeer.
Bila kita menghitung jarak yang ditempuh sinar biasa dalam seribu bulan dapat kita uraikan sbb :
Per detik 300.000 km, maka dalam satu menit: 60 x 300.000 km = 18.000.000 km, dalam sehari semalam (24 jam ) : 24 x 60 x 60 x 300.000 km = 25.920.000.000 km, dalam satu bulan (30) hari 30 x 25.920.000.000 km = 777.600.000.000 km, jadi dalam seribu bulan sinar biasa menempuh jarak : 1.000 x 777.600.000.000 km = 777.600.000.000.000 km
Sedangkan sinar ruhani jarak yang ditempuh dalam satu detik:
30.000.000.000.000.000 km. Maka sinar biasa (1000 bulan) telah ketinggalan sejauh :
30.000.000.000.000.000 km – 777.600.000.000.000 km = 29.222.400.000.000.000 km. Bila selisih jarak sejauh itu kita nyatakan dalam waktu untuk menempuhnya maka dibutuhkan selama : 37,627 bulan, 9 hari, 9 malam, 10 jam 39 menit dan 21,6 detik.
Maka waktu yang ditempuh oleh sinar ruhani sepanjang 30.000.000.000.000.000 km yang hanya satu detik itu, oleh sinar biasa dibutuhkan waktu selama 1.000 bulan ditambah 37,627 bulan, 9 hari & 9 malam, 10 jam, 39 menit dan 21,6 detik.. Jadi ”malam qadar itu lebih baik dari seribu bulan” essensinya adalah bisa kita bandingkan kecepatan sinar biasa dengan kecepatan sinar ruhani yaitu hanya satu per seratus milyar nya. ( 300.000 : 30.000.000.000.000.000 ).
Nah itu adalah hitung menghitung mengenai kecepatan cahaya dikaitkan dengan mula-mula turunnya Al-Quran pada malam Qadr di bulan Ramadhan.

2.Hubungan Surat Al-Qadr(S.97) dengan Surat Al-’Alaq.(S.96)
Surat yang pertama kali diturunkan adalah Surat Al-Alaq terdiri dari 19 ayat Surat ini diturunkan pada bulan Ramadhan yaitu pada malam Qadar merujuk kepada ayat 1 surat Al-Qadr yang artinya ”Sesungguhnya telah Kami turunkan Qur’an pada malam qadar” (malam mulia atau takdir). Beribadat pada malam Qadar itu lebih baik dari dari pada seribu bulan karena malam itu merupakan peringatan bagi mula-mula turunnya Al-Qur’an, atau malam perobahan dari gelap gulita kepada terang benderang . Menurut hadits Nabi Muhammad bahwa malam Qadar itu pada sepuluh hari Ramadhan yang akhir, yakni diantara malam yang ke 21 sampai malam yang ke 30. Adapun hikmahnya malam itu tidak ditentukan dengan sejelas-jelasnya, ialah supaya kita beribadat kepada Nya pada segenap malam itu . Didalam mencari Lailatul Qadar ini, Rasulullah bersikap sangat arif. Bukan untuk nyepi di puncak gunung, tempat-tempat keramat atau gua-gua, melainkan umatnya disuruh mencari dengan banyak bertobat, membaca al-Quran, dzikir dan ber-i’tikaf di masjid.Lailatul-Qadr yang datang di bulan Ramadhan bukanlah sekedar ”undian malam”, yang secara untung-untungan didapatkan orang Kalau sekiranya ditentukan malamnya, umpamanya yang ke 27, maka tentulah orang akan rajin beribadat semalam itu saja, sedang pada malam yang lain dilalaikannya. Lailatul-Qadar adalah kesadaran plus yang akan datang mengunjungi manusia yang berjuang gigih menegakkan nilai-nilai yang Qurani, lewat tafakur yang luhur, lewat penimbaan ilmu yang tiada jemu. Tak mungkin Lailatul-Qadar itu datang mengunjungi di diri muslim yang jiwa juangnya berkeping-keping, munafik tidak beriman. Mengapa tak mungkin? Sebab Lailatul-Qadar adalah kesadaran semesta yang tak mungkin terusung oleh porak-porandanya keutuhan iman dan islam. Nilai yang mulia itu tak mungkin tersanggah oleh kemusliman yang kropos, yang beragama cuma kulitnya, sedangkan didalam kalbunya kosong melompong. Manusia yang dikocori nilai-nilai Qurani dalam debit yang cepat lewat takaran ruang dan waktu biasa adalah manusia yang paling bahagia, sebab hijab kesadarannya terbuka secara semesta, dalam arti kesadaran yang tak sekedar kesadaran partial, namun sebuah kesadaran yang multi pikir dan multi rasa. Yang mampu menjelmakan kemampuan yang multi pandang tentang segenap ciptaan Allah mulai dari virus yang misterius sampai ke bentangan langit luas yang tanpa batas, yang menjelmakan kesadaran akhir bahwa ia sadar betapa kecil dan kerdilnya manusia ditengah jagat raya ciptaanNya ini .. . . Allahu Akbar!
Sukamenak Indah, Ramadhan, 1430 H.
abahjogas@gmail.com
Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kamandang